Dibalik Arena Debat, Pemkab Lotim Ngaku Tidak Berhutang, JAPDA Nilai Hanya Bualan
Ketua JAPDA Lotim, L.Syaparudin Aldi |
SuaraLombok.com | Lombok Timur - Dalam Debat Pilkada Lotim yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Lombok Timur, Wakil Bupati Lombok Timur Non Aktif, Hairul Warisin yang juga calon petahana mengatakan bahwa PAD Lombok Timur meningkat tajam dan pemerintah Kabupaten Lombok Timur membangun tanpa hutang.
Sementara dari Jaringan Aktivis Peduli Daerah (JAPDA) Kabupaten Lombok Timur punya penilaian tersendiri atas pembangunan di Lombok Timur selama ini.
Menurut Ketua JAPDA, Lalu Saparuddin Aldi yang akrab dipanggil Mik Apeng mengatakan bahwa meningkatnya PAD Lombok Timur bukan disebabkan oleh kinerja maksimal pemerintah dalam mengejot pendapat daerah.
Dijelaskan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan tingginya PAD di Lombok Timur, karena ada bantuan pemerintah pusat berupa jaminan kesehatan sebesar Rp 80 milyar lebih yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Lombok Timur
“Betul PAD Lombok Timur mencapai angka Rp 295 Milyar lebih tetapi angka itu karna ada dana dari pemerintah pusat sebesar Rp 80 Milyar untuk Jaminan kesehatan dan pendapatan untuk RSUD dari BPJS sebesar Rp 79 Milyar, jadi tidak benar PAD itu berasal dari daerah sendiri,“ jelasnya.
Sedangkan yang berasal daerah ini lanjut Saparuddin Aldi adalah dari retribusi jasa umum sebesar Rp 44.3 milyar, retribusi pelayanan kesehatan Rp 27, 5 milyar, pelatihan di BLK sebesar Rp 215 Juta, pelayanan sampah dan penyedotan kakus sebesar Rp 785 Juta, retribusi parkir dan pengujian kendaraan Rp 564 juta, menara telekomunikasi Rp 1, 7 milyar dan retribusi pelayanan tera Rp 750 juta.
“Jadi kalau kita lihat angka angka ini hampir 50 persen PAD Lotim dari pemerintah pusat, belum kita bicara DAU dan DAK yang dimasukkan dalam APBD, jadi jangan diri hebat mencari uang kalau masih mengharapkan uluran pemerintah pusat,“ tegasnya.
Dia bahkah menuding tinggi PAD yang diperoleh daerah lebih banyak membebani masyarakat seperti pedagang pasar
“Coba lihat berapa kali para pedagang di Lombok Timur ini protes atas tingginya sewa lapak dan ruko dan jauh lebih rendah sewa di Kota Mataram,“ terangnya.
Bahkan lanjutnya bidang kesehatan yang seharus menjadi bagian dari tugas pemerintah tetapi sebaliknya dijadikan sebagai obyek untuk mendapatkan retribusi.
“Orang pilek batu saja bayar di Puskesmas, belum orang melahirkan, ya wajar IPM kita rendah karna pemimpin kita membangun dengan cara konolial, “ pungkasnya. (zal)
Post a Comment