Masjid Pagoda Arsitektur China Wujud Toleransi dan Akulturasi Budaya Di Lombok
SuaraLombok.com | Lombok Barat - Sebuah bangunan Masjid (Musholla_red) bernama Musholla Ridwan dengan ornamen campuran China dan Arab berdiri megah diatas perbukitan tepatnya di Dusun Jurang Malang Desa Pakuan Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, dan hingga kini masih terpelihara dan menjadi kebanggaan warga sekitar.
Menempuh jarak sekitar 20 kilometer dari kota Mataram menuju kota air Narmada, tepatnya dua kilometer dari kawasan wisata hutang Lindung Sesaot, Musholla yang dibangun oleh seorang warga keturunan Tionghoa bernama Ang Thian Kok (Haji Muhammad Maliki) dan isterinya Te Mai Fung (Hj. siti Fatimah) ini berdiri megah dan akrab menyapa siapa saja yang hadir dengan buaian alam perbukitan dibalut dengan panorama pegunungan alami di sekitarnya.
Dibangun diatas lahan perbukitan seluas empat are sekitar tahun 2010 lalu, dengan arsitektur mirip Wihara atau pagoda dengan kombinasi cat warna merah dan kuning keemasan setidaknya menjadi bukti sejarah bahwa ajaran Islam itu plural, toleran, dan ramah dengan segala jenis budaya tradisi yang ada.
Menurut sejarah yang terekam tim Suara Lombok , ide awal pendiri Musholla ini merujuk pada masjid unik berarsitektur China yang didirikan oleh yayasan H.M. Cheng Hoo di Surabaya Jawa Timur. Namun sedikit berbeda dengan masjid Cheng Hoo, bangunan Musholla seluas 10 m3 ini berada di perbukitan setinggi 20 meter dari pemukiman warga dengan hiasan taman di sekelilingnya mirip bangunan villa tempat peristirahatan.
Meski berjarak cukup jauh dari hiruk-pikuk kota, Musholla unik ini tetap ramai setiap hari dikunjungi warga baik lokal maupun dari luar daerah yang sengaja hadir untuk sembahyang, beri’tikaf, atau hanya sekedar menikmati keunikan masjid, menikmati panorama alam di kawasan ini sambil beristirahat melepas lelah.
“Masjid ini unik dan berbeda dengan tempat ibadah muslim kebanyakan, ini bukti bahwa Islam itu memang Rahmatan Lil alamin dan toleran dengan budaya manapun,” tutur Sayuti seorang warga asal Lombok Timur yang kebetulan menyempatkan diri mampir untuk sholat Zuhur.
Hal yang sama juga dikatakan Ardiyansyah seorang pengunjung asal Makassar yang mengaku penasaran dengan bentuk masjid yang ramai diperbincangkan di media sosial. “Ternyata benar Lombok punya tempat ibadah seperti ini, saya lihat di Medsos bangunan nya bagus,dan memang benar adanya, saya kagum dan saya sudah berfoto dengan keluarga disini,” ujarnya.
Disisi lain keberdaan Musholla diakui mendatangkan berkah tersendiri bagi para warga sekitar. Bahkan warga berharap ke depan pihak terkait bisa menjadikan kawasan ini menjadi salah satu ikon destinasi wisata religi searah dengan kiblat pariwisata Halal yang didengungkan pemerintah daerah akhir akhir ini.
“Kami bersyukur ada masjid ini, secara ekonomi masyarakat bisa berjualan, desa ini ramai dikunjungi para tamu. Kami berharap masjid ini ke depan bisa jadi salah satu kawasan pariwisata religius,“ harap Satral warga desa setempat yang juga pengelola rumah ibadah tersebut. (01)
Menempuh jarak sekitar 20 kilometer dari kota Mataram menuju kota air Narmada, tepatnya dua kilometer dari kawasan wisata hutang Lindung Sesaot, Musholla yang dibangun oleh seorang warga keturunan Tionghoa bernama Ang Thian Kok (Haji Muhammad Maliki) dan isterinya Te Mai Fung (Hj. siti Fatimah) ini berdiri megah dan akrab menyapa siapa saja yang hadir dengan buaian alam perbukitan dibalut dengan panorama pegunungan alami di sekitarnya.
Dibangun diatas lahan perbukitan seluas empat are sekitar tahun 2010 lalu, dengan arsitektur mirip Wihara atau pagoda dengan kombinasi cat warna merah dan kuning keemasan setidaknya menjadi bukti sejarah bahwa ajaran Islam itu plural, toleran, dan ramah dengan segala jenis budaya tradisi yang ada.
Menurut sejarah yang terekam tim Suara Lombok , ide awal pendiri Musholla ini merujuk pada masjid unik berarsitektur China yang didirikan oleh yayasan H.M. Cheng Hoo di Surabaya Jawa Timur. Namun sedikit berbeda dengan masjid Cheng Hoo, bangunan Musholla seluas 10 m3 ini berada di perbukitan setinggi 20 meter dari pemukiman warga dengan hiasan taman di sekelilingnya mirip bangunan villa tempat peristirahatan.
Meski berjarak cukup jauh dari hiruk-pikuk kota, Musholla unik ini tetap ramai setiap hari dikunjungi warga baik lokal maupun dari luar daerah yang sengaja hadir untuk sembahyang, beri’tikaf, atau hanya sekedar menikmati keunikan masjid, menikmati panorama alam di kawasan ini sambil beristirahat melepas lelah.
“Masjid ini unik dan berbeda dengan tempat ibadah muslim kebanyakan, ini bukti bahwa Islam itu memang Rahmatan Lil alamin dan toleran dengan budaya manapun,” tutur Sayuti seorang warga asal Lombok Timur yang kebetulan menyempatkan diri mampir untuk sholat Zuhur.
Hal yang sama juga dikatakan Ardiyansyah seorang pengunjung asal Makassar yang mengaku penasaran dengan bentuk masjid yang ramai diperbincangkan di media sosial. “Ternyata benar Lombok punya tempat ibadah seperti ini, saya lihat di Medsos bangunan nya bagus,dan memang benar adanya, saya kagum dan saya sudah berfoto dengan keluarga disini,” ujarnya.
Disisi lain keberdaan Musholla diakui mendatangkan berkah tersendiri bagi para warga sekitar. Bahkan warga berharap ke depan pihak terkait bisa menjadikan kawasan ini menjadi salah satu ikon destinasi wisata religi searah dengan kiblat pariwisata Halal yang didengungkan pemerintah daerah akhir akhir ini.
“Kami bersyukur ada masjid ini, secara ekonomi masyarakat bisa berjualan, desa ini ramai dikunjungi para tamu. Kami berharap masjid ini ke depan bisa jadi salah satu kawasan pariwisata religius,“ harap Satral warga desa setempat yang juga pengelola rumah ibadah tersebut. (01)
Post a Comment